Strategi Pertahanan Indonesia Antara Peluang dan Keterbatasan Anggaran

Strategi Pertahanan Indonesia Antara Peluang dan Keterbatasan Anggaran

Oleh Harmen Batubara

Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, menghadapi tantangan keamanan yang unik. Perbatasan maritimnya yang luas dan panjang, populasinya yang besar dan beragam, serta lokasinya yang strategis di Asia Tenggara diantara dua benua dan dua samudra,  memerlukan strategi pertahanan yang terencana dengan baik. Artikel ini menggali pendekatan Indonesia terhadap keamanan nasional, menyoroti kekuatan, keterbatasan, dan inisiatif yang ada saat ini.

Persiapan Tes Masuk Prajurit TNI
Persiapan Tes Masuk Prajurit TNI

Doktrin Pertahanan Strategis: Inti dari strategi pertahanan Indonesia terletak pada “Buku Putih Indonesia”, sebuah dokumen yang menguraikan kepentingan nasional negara, potensi ancaman, dan kebutuhan pertahanan yang terkait. Pendekatan komprehensif ini mengakui ancaman militer tradisional dan tantangan non-militer yang muncul, seperti keamanan siber dan pembajakan maritim.

Baca Juga : Resmi Belanda Akui Papua NKRI Sejak 1945 

Kendala Anggaran: Komitmen Indonesia terhadap sistem pertahanan yang kuat terlihat dari program Kekuatan Esensial Minimum (MEF). MEF bertujuan untuk membekali Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan kemampuan minimum yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan warga negara. Namun, pencapaian tujuan-tujuan tersebut terhambat oleh anggaran pertahanan yang relatif rendah. Dibandingkan dengan negara-negara maju yang belanja militernya sering berada pada kisaran 1-3% PDB, anggaran pertahanan Indonesia berada pada kurang dari 0,8% PDB.

Membangun Kemampuan Pertahanan Negara: Meskipun keterbatasan anggaran, Indonesia aktif mengembangkan industri pertahanan dalam negeri. Kebijakan pengadaan strategis memprioritaskan klausul transfer teknologi, memastikan bahwa pembelian peralatan militer seperti kapal selam dari Korea Selatan melibatkan pertukaran pengetahuan dan produksi lokal. Pendekatan ini bertujuan untuk membangun kemandirian jangka panjang dalam teknologi pertahanan.

Program MEF: Kemajuan dan Tantangan

Implementasi MEF dinilai melalui empat bidang utama: sistem persenjataan, pemeliharaan peralatan, infrastruktur pertahanan, serta profesionalisme dan kesejahteraan prajurit. Meskipun MEF merupakan konsep yang diadopsi secara luas untuk menyesuaikan kemampuan pertahanan terhadap ancaman nasional, kemajuan yang dicapai Indonesia masih beragam. Pada tahun 2024, program ini hanya mencapai 65,49% dari targetnya, jauh dari target yang diharapkan sebesar 79%.

Meskipun keterbatasan anggaran, Indonesia melaksanakan program Minimum Essential Force (MEF). MEF menguraikan kekuatan militer minimum yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan negara, integritas wilayah, dan keselamatan warga negara. Menilai kemajuan MEF melibatkan empat bidang utama:

  • Sistem senjata utama: Modernisasi dan perolehan peralatan militer yang diperlukan.
  • Pemeliharaan dan pemeliharaan: Memastikan berfungsinya dan umur panjang peralatan yang ada.
  • Infrastruktur pertahanan: Pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana.
  • Profesionalisme dan kesejahteraan prajurit: Berinvestasi dalam pelatihan, pendidikan, dan kesejahteraan angkatan bersenjata.

Konsep MEF yang diadopsi oleh beberapa negara menyesuaikan dengan ancaman spesifik yang dihadapi masing-masing negara. Meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan signifikan dalam penerapan MEF, pencapaian target penuh sebesar 79% pada tahun 2024 masih merupakan sebuah tantangan. Saat ini, program tersebut mencapai 65,49%.

Baca Juga : Kogabwilhan, Komando Tri Matra Pertahanan Negera Kepulauan

Mengatasi Kekurangan: Untuk memenuhi kebutuhan mendesak sambil menghadapi keterbatasan anggaran, Indonesia baru-baru ini memilih untuk membeli 42 pesawat tempur Rafale bekas dan 12 Mirage 2000-5. Meskipun langkah ini meningkatkan kemampuan pertahanan udara, hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan jangka panjang dan ketergantungan pada peralatan asing. Hal ini mengemuka, karena banyak yang menilai kebijakan ini jauh dari yang diharapkan. Terlebh kagi pembelian Mirage 2000-5 Bekas, dengan harga tergolong tinggi yakni sekitar satu triliun per peswat sementara pesawat baru tercanggih saat ini hanya sebesar 1.8 triliun dan jenis moderat sebesar 1.2 triliun.

Melihat ke depan:

Strategi pertahanan Indonesia menghadapi tantangan penting dalam menyeimbangkan ambisi dan kenyataan. Komitmen negara ini terhadap doktrin pertahanan yang komprehensif, fokus pada pengembangan teknologi dalam negeri, dan implementasi program MEF patut diapresiasi. Namun, mengatasi kendala anggaran dan mencapai target MEF yang optimal tetap penting untuk menjamin keamanan nasional jangka panjang. Dengan menjajaki mekanisme pendanaan yang inovatif, membina kemitraan pemerintah-swasta dalam teknologi pertahanan, dan mengoptimalkan alokasi sumber daya, Indonesia dapat memetakan arah menuju sistem pertahanan yang kuat dan berkelanjutan.

Meskipun telah menerapkan MEF, Indonesia masih menghadapi kesulitan dalam mencapai target kemampuan. Pada tahun 2024, program ini hanya mencapai 65,49% dari tujuannya, hal ini menunjukkan masih adanya tantangan yang disebabkan oleh keterbatasan anggaran.

Menyeimbangkan Kebutuhan Mendesak dengan Strategi Jangka Panjang: Meskipun target MEF gagal, akuisisi 42 jet tempur Rafale dan 12 Mirage 2000-5 bekas yang dilakukan Indonesia baru-baru ini tampak sangat kontradiktif. Langkah ini dapat dilihat sebagai respons yang tidak tepat terhadap kebutuhan pertahanan udara yang mendesak, sementara MEF berfokus pada pembangunan kemampuan jangka panjang.

Membangun Pertahanan Negara Kepulauan
Membangun Pertahanan Negara Kepulauan