MahfudMD Tuntaskan  KKB Papua Baku Tipu?

MahfudMD Tuntaskan KKB Papua Baku Tipu?

Oleh Harmen Batubara

Kalau melihat Komunikasi antara Komisi III DPR dengan Pak Mahfud Md di Senayan awal april lalu, sungguh saya senang melihatnya. Dalam hati saya, kalau pak Mahfud bisa memanfaatkan potensi ini untuk diterapkan di jajarannya, saya percaya masalah OPM atau KKB atau KSB ini bisa dikelola dengan baik dan bisa mengelimninasi kemampuan KKB ini sampai ke akar-akarnya. Pertama KKB ini pasti ada dukungan jaringannya di dalam dan di luar negeri. Di dalam negeri ia bisa di lingkungan masyarakat, lingkungan pemda, lingkungan perguruan tinggi, dan lingkungan keagamaan.Untuk itu perlu kerjasama terpadu dalam jaringannya masing-masing agar KKB ini tidak punya pendukung dari dalam negeri alias Baku Tipu, artinya bilangnya lawan tapi nyatanya jadi kawan. Hal serupa untuk jaringan Kemenlu kita yang ada di Australia, Inggeris dan Belanda agar bisa menjalin kerja sama dengan para penggiat KKB di sana untuk bisa tetap saling berkomunikasi dan memberika informasi terbaru. Untuk mengeliminasi KKB TNI perlu mendesain OLI Plus atau Operasi Lawan Insurjensi Plus pasukan Mobile. Begini penjelasannya.

Kalau yang kita dengar dan lihat itu adalah para penggiat separatism itu menghadang atau mendatangi Pos Pos nya TNI itu, dan kemudian melakukan kekacauan di sekitarnya. Kenapa malah bukan sebaliknya? Kenapa bukan TNI dan Polri mencari Pos-posnya KSB atau KKB itu dan kemudian membakarnya (bila perlu). Sulitkah itu? Sebagai ahli perpetaan hal itu sangat sederhana, yakni menggabungkan kemampuan penginderaan jauh (satelit) dan informasi Intelijen yang dalam bahasa prajuritnya Informasi geografi militer. Kita ketahui di setiap Pos Polri dan TNI mulai dari pos yang sederhana sampai Pos canggih, pasti selalu ada informasi “Lapsit atau laporan situasi” yang intinya memperlihatkan dimana saja KSB itu terlihat atau berada dalam 24 jam, nah kalau info itu kemudian digabungkan dengan peta yang berisi jalan-jalan tikus di wilayah itu maka akan terlihatlah dimana sebenarnya pusat-pusat kegiatan KKB itu berpusat. Nah kalau info itu sudah ditemukan, ya kirimkan prajurit dan habisi markasnya atau pos-pos mereka itu. Artinya para KKB itu dibuat jangan sempat punya waktu tidur siang. Kesan kita yang terjadi belakangan ini justeru sebaliknya.

Baca Juga : Pertahanan : Radikalisme & Separatisme

Untuk mempunyai kemampuan seperti itu, TNI perlu memanfaatkan prajurit Topografi AD, mereka punya kemampuan hidup di alam hutan, mereka punya kemampuan memanfaatkan Citra Satelit, bisa memanfaatkan software pemetaan tercanggih sekalipun. Mereka punya drone dan mampu membuat dan mengopeasikan drone. Artinya berbagai informasi dari satelit tadi masih bisa di optimalkan lagi dengan memanfaatkan kamera lewat drone. Sehingga benar-benar pos-pos atau yang menjadi lokasi pusat kegiatan KKB itu bisa diketahui untuk kemudian di netralkan kembali. Kalau itu terjadi, maka KKB itu yang jadi tidak bisa hidup tenang dan malah harus mobile setiap hari sampai mereka ditemukan atau menyerahkan diri.

Kita hanya ingin menyampaikan bahwa Polri dan TNI jangan memberi kesempatan kepada para KKB itu punya inisiatif untuk melakukan serangan. Sebab pertahanan terbaik itu adalah dengan melakukan penyerangan. Jadi kita bisa bayangkan, kalau selama ini KKB yang punya inisiatif, lama-lama ya mereka akan semakin menemukan pola serangan yang lebih baik. Mereka akan menemukan banyak celah untuk membuat gangguan yang lebih berskala besar. Sementara dari kacamata kita, Polri dan TNI mestinya bisa membuat para KKB itu tidak bisa tidur siang dan malam karena selalu diganggu dan diganggu.

TNI dan POLRI Mengamankan Wialayah

Di Papua kita punya dua pola penugasan prajurit. Pertama prajurit yang melekat pada Pemda yakni jajaran Kodam. Kekuatan TNI itu sudah dibagi habis sesuai wilayah tanggung jawabnya, mulai dari jajaran Kodam, Korem, Batalyon, Kodim, Koramil sampai dengan babinsa. Mereka fokus untuk mengamankan wilayahnya masing-masing dan ini harus dilihat bahwa wilayah yang bisa mereka amankan itu hanya sekitar 25% dari wilayah Kodam itu sendiri. Begitu pula dengan prajurit TNI yang tergabung dalam tugas penugasan di wilayah perbatasan dan objek-objek vital. Kekuatan mereka sudah di pos kan di wilayah-wilayah penugasannya sesuai “perpektive ancaman” tetapi juga harus dilihat bahwa cakupan wilayahnya juga sangat terbatas. Artinya kekuatan TNI yang ada di wilayah Papua itu secara keseluruhan barulah bisa mengamankan wilayah sekitar 30-40 persen. Selebihnya harus dilihat sebagai wilayah yang bisa dengan bebas dimanfaatkan oleh OPM, oleh KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) atau oleh KSB( Kelompok Separatis Bersenjata). Juga harus diingat bahwa para KKB atau KSB ini tidak akan mau masuk ke wilayah yang sudah jadi tanggung jawab TNI. Mereka sebut itu wilayah cari penyakit.

Prajurit TNI penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai kekuatan untuk terus mengejar KSB ini, karena dukungan logistic mereka terbatas dan juga kekuatan prajurit mereka sendiri. Meski mereka bisa memintak bantuan ke satuannya tetapi hal itu butuh upaya yang sangat berat. Pertama karena medan operasi yang sangat berat sementara logistic temannya yang di depan sudah mulai habis. Salah-salah mereka bisa jadi sasaran empuk KKB. Kendala seperti itulah yang selalu kita amati di lapangan selama ini. Sehingga KSB dengan leluasa bisa memanfaatkan medan.

Untuk kondisi seperti ini, TNI sebenarnya membutuhkan satuan mobil yang bisa bergerak cepat dan mampu membuat perubahan. Satuan ini tidak perlu dengan kekuatan besar, cukup setingkat peleton. Mereka didukung oleh sarana Helikopter (sejenis Puma dan Bell) dan pengintaian Drone. Baik helicopter maupun dronenya harus tahan terhadap tembakan laras panjang infanteri ( AK-47 atau M-16). Tidak perlu Heli canggih, cukup dengan menjadikan Heli Puma atau superpuma plus Bell itu jadi Heli Barakuda yang tahan peluru. Hal itu bisa dimodifikasi oleh PT Dirgantara.

Baca Juga  :  Kodam Daerah Separatisme, Satuan Khusus Anti KKB/OPM

Idenya adalah begitu ada kontak senjata antara Prajurit TNI dengan  KSB ini, mereka bisa mintak bantuan Sat TNI Mobile-satuan ini segera mengirimkan Drone nya dan melihat apa yang terjadi di lapangan. Setelah jelas persoalannya mereka datang membawa satuan bantuan dan logistik. Logistik untuk prajurit yang lagi kontak dan prajurit segar untuk bantuan. Dengan cara seperti ini maka KKB atau KSB akan lebih mudah untuk ditaklukkan. Artinya setiap prajurit yang kontak dengan KKB atau KSB mereka memperoleh dukungan langsung baik itu berupa logistik maupun prajurit yang masih segar.

Kedua perlunya memberdayakan Warga Papua. Kita tahu warga Papua yang di perbatasan atau wilayah pedalaman ini masih tergolong warga “peramu” artinya mereka belum bisa bercocok tanam atau bertani; mereka masih memanfaatkan kemurahan alam untuk kehidupannya. Untuk makan mereka cari pohn sagu, dapat satu pohon saja itu bisa untuk hidup selama satu bulan. Kalau perlu uang kash mereka tinggal tangkap burung  atau berburu babi, jual dan mereka dapat uang. Bagi mereka bertani sangat tidak masuk akal,ibarat mau beli atau makan “sate”, kenapa harus pelihara kambing?

Agar warga bisa jadi petani harus bekerja sama dengan Kementerian Pertanian.Polanya ya seperti pola transmigrasi itu. Artinya warga Papua itu,dikumpulkan sesuai trah sukunya.Kepada mereka dibukakan lahan satu atau dua hektar sampai siap tanam, juga dibuatkan rumah atau honai untuk tempat tinggal, diberikan bibit, pupuk dan anti hama serta petugas Lapangan (PPL) yang memberikan bimbingan pada mereka secara langsung. Juga kepada mereka diberikan bahan makanan untuk rentang waktu satu tahun. Sukur kalau juga diberikan sarana berternak babi. Intinya warga peramu ini dididik agar bisa jadi warga petani. Taninya juga harus disesuaikan dengan kondisi tanahnya daerah. Yang jelas jangan tanaman seperti Sawit. Karena sawit itu adalah tanaman industeri yang memerlukan disiplin tinggi. Warga Peramu belum bisa hidup disiplin, tetapi mereka bisa berhasil dalam lingkungan tanaman Karet. Ini sesuai dengan hasil penelitian Pastor Cornelis JJ de Rooij,tanaman karet cocok untuk warga Papua. Di Marauke sendiri pola pemberdayaan tanam karet ini sudah diterapkan, dan sudah banyak yang berhasil.

Idenya adalah memberikan cara baru dalam menghadapi pergerakan KKB ini sesuai dengan tuntutan zaman. Jangan sampai kita tidak melakukan evaluasi yang “mendasar”. Jangan sampai cara kita menghadapi KKB ini dari dahulu saat zaman kuda sampai sekarang masih yang itu itu juga. Semoga bermanfaat.