Oleh Harmen Batubara
Persahabatan sejati selalu menemukan jalannya sendiri. Ia tumbuh
melampaui batas geografis, melewati badai peristiwa, dan justru menguat pada
saat-saat paling menentukan. Begitulah kisah Prabowo Subianto dan Raja Abdullah
II—dua sahabat yang ditempa oleh disiplin militer, diuji oleh perjalanan hidup
masing-masing, lalu dipertemukan kembali sebagai dua pemimpin negara yang memikul
amanah besar.
Hubungan keduanya bukan sekadar relasi diplomatik; ia adalah jalinan
batin, kepercayaan, dan rasa saling hormat yang terbangun sepanjang puluhan
tahun. Dan pada 14 November 2025, persahabatan itu mencapai salah satu
puncak emosionalnya—ketika Raja Abdullah II menganugerahkan The Bejeweled
Grand Cordon of Al-Nahda (Order of The Renaissance) kepada Presiden
Indonesia, Prabowo Subianto, di Istana Merdeka. Sebuah simbol kehormatan yang
tidak hanya mencerminkan rasa hormat pribadi, tetapi juga optimisme terhadap
masa depan kerja sama kedua negara.
Jauh sebelum mereka duduk di puncak kekuasaan, Prabowo dan Abdullah
hanyalah dua prajurit muda di Fort Benning, Amerika Serikat—sebuah pusat
pelatihan pasukan khusus yang keras dan disiplin.
Di sanalah persahabatan itu tumbuh.
Di tengah latihan yang membekukan tulang, di antara diskusi panjang tentang
strategi perang, dan dalam tawa singkat yang muncul di sela-sela tekanan fisik
yang luar biasa.
Mereka saling menghormati—bukan karena jabatan, tetapi karena karakter.
Karena tekad. Karena dedikasi yang sama terhadap tanah air masing-masing.
Ikatan itu tetap terjaga, meski keduanya melanjutkan perjalanan hidup
yang berbeda.
Pada 1998, di masa paling sulit dalam hidup Prabowo, setelah
dicopot dari jabatan Panglima Kostrad, ia mengunjungi Yordania. Dalam suasana
batin yang penuh gejolak, kunjungan itu menjadi titik hangat: sebuah pengingat
bahwa persahabatan sejati justru sering hadir saat seseorang merasa paling
rapuh.
Dua sahabat itu kembali dipertemukan pada masa yang sama-sama menyentuh
sisi kemanusiaan mereka: pertemuan puncak “Call for Action: Urgent
Humanitarian Response for Gaza” pada 11 Juni 2024.
Di hadapan dunia, keduanya berdiri bukan hanya sebagai kepala negara,
tetapi sebagai dua manusia yang menempatkan nilai kemanusiaan di atas
segalanya.
Di tengah tragedi Gaza yang memanggil simpati dunia, mereka menyuarakan
perlunya aksi global yang lebih kuat untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan.
Pada momen itu pula, Raja Abdullah memberi ucapan selamat kepada Prabowo
atas kemenangan Pilpres 2024. Ucapan itu bukan sekadar seremonial, melainkan pernyataan
tulus dari seorang sahabat yang melihat sahabatnya menapaki tanggung jawab
baru.
Komitmen keduanya terhadap Gaza bukan hanya menunjukkan kedekatan
personal, tetapi juga kesamaan visi mengenai dunia yang lebih adil.
Di Istana Merdeka, 14 November 2025, dunia menyaksikan babak baru
persahabatan keduanya.
Ketika Raja Abdullah II menyematkan Order of The Renaissance, suasana
tidak hanya sarat simbol diplomatik tetapi juga emosional.
Bagi Prabowo, penghargaan itu adalah kehormatan yang menggetarkan.
Bagi Raja Abdullah, ia adalah ungkapan penghargaan kepada sahabat lama yang
kini memegang amanat besar di Indonesia.
Bagi rakyat kedua negara, itu adalah penanda bahwa kerja sama
Indonesia–Yordania memasuki fase yang lebih dalam dan visioner.
Persahabatan mereka bukan hanya kenangan atau nostalgia. Ia menjadi pondasi
kerja sama konkret yang memberi manfaat luas:
1. Kolaborasi Pertanian dan
Fosfat
Yordania sebagai salah satu produsen fosfat terbesar dunia melihat
Indonesia sebagai mitra strategis—dengan potensi pengembangan industri pupuk,
inovasi pertanian, dan ketahanan pangan.
Keduanya melihat ini bukan sekadar hubungan dagang, tetapi upaya memperkuat
kesejahteraan rakyat.
2. Pertahanan dan Keamanan
Dengan latar belakang militer yang sama, keduanya sangat memahami arti
stabilitas kawasan.
Kerja sama pertahanan yang dibangun bukan hanya soal alat, tetapi transfer
pengetahuan, latihan bersama, dan komitmen menjaga perdamaian.
3. Diplomasi Kemanusiaan
Dari Gaza hingga isu-isu global lainnya, Indonesia dan Yordania
berpotensi menjadi suara moral dunia—dua negara muslim yang moderat, berpengaruh,
dan dihormati.
Persahabatan yang Menjadi Cahaya
Sejarah sering bergerak oleh keputusan politik, kepentingan ekonomi,
atau dinamika geopolitik. Tetapi kadang, sejarah juga digerakkan oleh sesuatu yang
lebih lembut dan manusiawi: persahabatan.
Prabowo dan Raja Abdullah II menunjukkan bahwa hubungan personal, bila
dibangun di atas rasa hormat, kesetiaan, dan nilai kemanusiaan, dapat menjadi
energi besar yang mendorong kerja sama antarnegara.
Dua sahabat yang pernah berbagi tenda dan kecemasan di Fort Benning itu
kini berbagi tanggung jawab memajukan dua bangsa.
Mereka adalah dua betsí yang berjalan berdampingan, membawa
tekad, pengalaman, dan harapan untuk membangun negeri masing-masing—dan dunia
yang lebih baik.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar