Sabtu, 15 November 2025

Prabowo dan Raja Abdullah II Dua Betsí Membangun Negeri

 


Oleh Harmen Batubara

Persahabatan sejati selalu menemukan jalannya sendiri. Ia tumbuh melampaui batas geografis, melewati badai peristiwa, dan justru menguat pada saat-saat paling menentukan. Begitulah kisah Prabowo Subianto dan Raja Abdullah II—dua sahabat yang ditempa oleh disiplin militer, diuji oleh perjalanan hidup masing-masing, lalu dipertemukan kembali sebagai dua pemimpin negara yang memikul amanah besar.

Hubungan keduanya bukan sekadar relasi diplomatik; ia adalah jalinan batin, kepercayaan, dan rasa saling hormat yang terbangun sepanjang puluhan tahun. Dan pada 14 November 2025, persahabatan itu mencapai salah satu puncak emosionalnya—ketika Raja Abdullah II menganugerahkan The Bejeweled Grand Cordon of Al-Nahda (Order of The Renaissance) kepada Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, di Istana Merdeka. Sebuah simbol kehormatan yang tidak hanya mencerminkan rasa hormat pribadi, tetapi juga optimisme terhadap masa depan kerja sama kedua negara.

Dari Fort Benning ke Panggung Dunia

Jauh sebelum mereka duduk di puncak kekuasaan, Prabowo dan Abdullah hanyalah dua prajurit muda di Fort Benning, Amerika Serikat—sebuah pusat pelatihan pasukan khusus yang keras dan disiplin.

Di sanalah persahabatan itu tumbuh.
Di tengah latihan yang membekukan tulang, di antara diskusi panjang tentang strategi perang, dan dalam tawa singkat yang muncul di sela-sela tekanan fisik yang luar biasa.

Mereka saling menghormati—bukan karena jabatan, tetapi karena karakter. Karena tekad. Karena dedikasi yang sama terhadap tanah air masing-masing.

Ikatan itu tetap terjaga, meski keduanya melanjutkan perjalanan hidup yang berbeda.

Pada 1998, di masa paling sulit dalam hidup Prabowo, setelah dicopot dari jabatan Panglima Kostrad, ia mengunjungi Yordania. Dalam suasana batin yang penuh gejolak, kunjungan itu menjadi titik hangat: sebuah pengingat bahwa persahabatan sejati justru sering hadir saat seseorang merasa paling rapuh.

 Gaza dan Nur Kemanusiaan

Dua sahabat itu kembali dipertemukan pada masa yang sama-sama menyentuh sisi kemanusiaan mereka: pertemuan puncak “Call for Action: Urgent Humanitarian Response for Gaza” pada 11 Juni 2024.

Di hadapan dunia, keduanya berdiri bukan hanya sebagai kepala negara, tetapi sebagai dua manusia yang menempatkan nilai kemanusiaan di atas segalanya.
Di tengah tragedi Gaza yang memanggil simpati dunia, mereka menyuarakan perlunya aksi global yang lebih kuat untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan.

Pada momen itu pula, Raja Abdullah memberi ucapan selamat kepada Prabowo atas kemenangan Pilpres 2024. Ucapan itu bukan sekadar seremonial, melainkan pernyataan tulus dari seorang sahabat yang melihat sahabatnya menapaki tanggung jawab baru.

Komitmen keduanya terhadap Gaza bukan hanya menunjukkan kedekatan personal, tetapi juga kesamaan visi mengenai dunia yang lebih adil.

 Penghargaan dan Harapan

Di Istana Merdeka, 14 November 2025, dunia menyaksikan babak baru persahabatan keduanya.
Ketika Raja Abdullah II menyematkan Order of The Renaissance, suasana tidak hanya sarat simbol diplomatik tetapi juga emosional.

Bagi Prabowo, penghargaan itu adalah kehormatan yang menggetarkan.
Bagi Raja Abdullah, ia adalah ungkapan penghargaan kepada sahabat lama yang kini memegang amanat besar di Indonesia.
Bagi rakyat kedua negara, itu adalah penanda bahwa kerja sama Indonesia–Yordania memasuki fase yang lebih dalam dan visioner.

  Jalan Baru Indonesia–Yordania

Persahabatan mereka bukan hanya kenangan atau nostalgia. Ia menjadi pondasi kerja sama konkret yang memberi manfaat luas:

1. Kolaborasi Pertanian dan Fosfat

Yordania sebagai salah satu produsen fosfat terbesar dunia melihat Indonesia sebagai mitra strategis—dengan potensi pengembangan industri pupuk, inovasi pertanian, dan ketahanan pangan.
Keduanya melihat ini bukan sekadar hubungan dagang, tetapi upaya memperkuat kesejahteraan rakyat.

2. Pertahanan dan Keamanan

Dengan latar belakang militer yang sama, keduanya sangat memahami arti stabilitas kawasan.
Kerja sama pertahanan yang dibangun bukan hanya soal alat, tetapi transfer pengetahuan, latihan bersama, dan komitmen menjaga perdamaian.

3. Diplomasi Kemanusiaan

Dari Gaza hingga isu-isu global lainnya, Indonesia dan Yordania berpotensi menjadi suara moral dunia—dua negara muslim yang moderat, berpengaruh, dan dihormati.

Persahabatan yang Menjadi Cahaya

Sejarah sering bergerak oleh keputusan politik, kepentingan ekonomi, atau dinamika geopolitik. Tetapi kadang, sejarah juga digerakkan oleh sesuatu yang lebih lembut dan manusiawi: persahabatan.

Prabowo dan Raja Abdullah II menunjukkan bahwa hubungan personal, bila dibangun di atas rasa hormat, kesetiaan, dan nilai kemanusiaan, dapat menjadi energi besar yang mendorong kerja sama antarnegara.

Dua sahabat yang pernah berbagi tenda dan kecemasan di Fort Benning itu kini berbagi tanggung jawab memajukan dua bangsa.

Mereka adalah dua betsí yang berjalan berdampingan, membawa tekad, pengalaman, dan harapan untuk membangun negeri masing-masing—dan dunia yang lebih baik.


Tidak ada komentar: